Romansa Bandung

Warisan Arsitektur Kolonial di Bandung: Gaya Neoklasik Hindia Belanda

Gedung Mako II KODAM III SIliwangi. (G-Maps: Yanwar Wardian)

“Gaya arsitektur kolonial ini merupakan bagian penting dari warisan budaya Bandung.”

RomansaBandung.com – Pada abad ke-19, sejumlah bangunan kolonial dengan gaya Neoklasik Hindia Belanda dibangun di sekitar masa pendirian Bandung, yang secara kolektif dikenal sebagai gerakan Traditionalis.

Meskipun jumlahnya sedikit, bangunan-bangunan ini umumnya memiliki fungsi pemerintahan asli.

Salah satu contoh bangunan awal abad ke-19 dengan gaya tropis yang paling berkembang adalah rumah asisten-residen, namun sayangnya bangunan ini dirobohkan pada tahun 1926 untuk pembangunan kantor munisipal baru.

Gaya Neoklasik Hindia Belanda terus berlanjut hingga awal abad ke-20. Konsultan arsitek Hulswit-Fermont, Batavia, dan Ed. Cuypers, Amsterdam (Eduard Cuypers) memperkenalkan bahasa neoklasik dalam arsitektur bank swasta.

Salah satu ciri khas dari konsepsi arsitektural bangunan bank ini adalah portiko pintu masuk dengan kolom ganda yang dihiasi dengan kapital komposisi, kornis, dan timpanum; urutan jendela fasad yang dikombinasikan dengan kolom dan kapital komposisi.

Gaya arsitektur kolonial ini merupakan bagian penting dari warisan budaya Bandung.

Meskipun sebagian besar bangunan telah mengalami perubahan atau bahkan dirobohkan, peninggalan-peninggalan arsitektur ini menggambarkan sejarah dan identitas kota yang kaya akan keragaman budaya dan sejarahnya yang panjang.

Gedung Bank Indonesia cabang Bandung.
Gedung Polwiltabes Bandung. (G-Maps: Febri Asmara)
Gedung Pakuan. (G-Maps: Abiwardhani Ramadhansyah)
Rumah Sakit Immanuel. (G-Maps: Kawi Boedisoetio)