Romansa Bandung

\Wisata ke Pelabuhan Sunda Kelapa: Bekas Pelabuhan Kerajaan Pajajaran

(G-Maps: Ivan Pratama)

“Bandung sebagai sebuah destinasi wisata telah begitu banyak menarik minat para pelancong Eropa di Masa Kolonial.”

RomansaBandung.com – Pelabuhan Sunda Kelapa adalah salah satu destinasi wisata sejarah yang penting di Jakarta.

Dengan sejarah yang panjang dan kaya, pelabuhan ini menawarkan pengalaman unik bagi para pengunjung yang ingin mengenal lebih dekat warisan maritim Indonesia.

Terletak di utara Jakarta, Pelabuhan Sunda Kelapa memiliki cerita yang melibatkan kerajaan-kerajaan Nusantara, para pedagang asing, serta penjajah Eropa.

Pernah Menjadi Pelabuhan Utama Kerajaan Sunda

Pelabuhan Sunda Kelapa telah dikenal sejak abad ke-12 sebagai pelabuhan utama Kerajaan Pajajaran.

Nama asli pelabuhan ini adalah Kalapa, yang dalam teks-teks kuno sering disebut sebagai pusat perdagangan penting di Jawa Barat.

Tomé Pires, seorang penulis Portugis, menyebut Kalapa sebagai pelabuhan terbesar di wilayah tersebut, selain pelabuhan-pelabuhan lainnya seperti Sunda (Banten), Pontang, Cigede, Tamgara, dan Cimanuk.

Pada masa kerajaan Hindu-Buddha, pelabuhan ini memainkan peran vital dalam perdagangan internasional.

Kapal-kapal dari Tiongkok, Jepang, India Selatan, dan Timur Tengah sering berlabuh di Kalapa untuk berdagang barang-barang seperti porselen, kopi, sutra, kain, wangi-wangian, kuda, anggur, dan zat warna dengan lada dan rempah-rempah lainnya.

Memasuki abad ke-15 dan ke-16, pelabuhan ini menjadi pusat perdagangan yang ramai dan menjadi incaran berbagai kekuatan politik.

Pada tahun 1522, Portugis dan Kerajaan Sunda menandatangani perjanjian untuk membangun loji di Sunda Kelapa, namun ini memicu reaksi dari Kesultanan Demak.

Pada 22 Juni 1527, pasukan Demak-Cirebon di bawah pimpinan Fatahillah merebut Sunda Kelapa dan mengganti namanya menjadi Jayakarta, yang kemudian diterjemahkan menjadi Jakarta.

Pada akhir abad ke-16, Belanda melalui VOC berhasil merebut pelabuhan ini dari kekuasaan Demak dan mendirikan kota baru di atas puing-puing Jayakarta, yang diberi nama Batavia.

Pada abad ke-19, pelabuhan Sunda Kelapa mulai mengalami pendangkalan, sehingga dibangun pelabuhan baru di Tanjung Priok.

Namun, peran historis Sunda Kelapa tidak berakhir.

Pada masa Orde Baru, nama Sunda Kelapa diresmikan kembali sebagai nama pelabuhan ini berdasarkan Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta pada tahun 1974.

Pemandangan Pelabuhan Sunda Kelapa kini. (G-Maps: Zopi n Said)
Senja di Pelabuhan Sunda Kelapa. (G-Maps; Zopi n Said)

Kunjungan ke Pelabuhan

Saat ini, Pelabuhan Sunda Kelapa dikelola oleh PT Pelindo II dan dikenal sebagai pelabuhan yang melayani kapal-kapal antar pulau.

Pelabuhan ini memiliki luas daratan 760 hektare dan luas perairan kolam 16.470 hektare.

Meskipun tidak bersertifikasi International Ship and Port Security, pelabuhan ini masih ramai dikunjungi kapal-kapal yang mengangkut barang-barang kelontong, sembako, tekstil, bahan bangunan, dan komoditas lainnya.

Pelabuhan Sunda Kelapa juga menjadi tujuan wisata sejarah yang menarik. Di dekat pelabuhan ini terdapat Museum Bahari yang menampilkan berbagai peninggalan maritim Indonesia serta gedung-gedung VOC yang telah direnovasi.

Pengunjung dapat melihat menara pengawas dan galangan kapal VOC yang merupakan saksi bisu sejarah panjang pelabuhan ini.

Bagi para wisatawan yang ingin merasakan sejarah maritim Indonesia, mengunjungi Pelabuhan Sunda Kelapa adalah pilihan yang tepat.

Selain menikmati pemandangan kapal-kapal tradisional dan suasana pelabuhan yang khas, pengunjung juga dapat belajar banyak tentang sejarah perdagangan dan kolonialisme di Indonesia.

Tidak hanya itu, lokasi pelabuhan yang strategis dekat dengan pusat-pusat perdagangan seperti Glodok, Pasar Pagi, dan Mangga Dua, menjadikannya destinasi yang menarik untuk dikunjungi.