Romansa Bandung

Wisata Keraton Kanoman: Pusaka Bersejarah Cirebon

Keraton Kanoman di Kota Cirebon. (id.wikipedia.org)

“Selain Keraton Kasepuhan, Kota Cirebon juga punya satu lagi Keraton yakni Keraton Kanoman.”

RomansaBandung.com – Keraton Kanoman, salah satu dari dua bangunan kesultanan Cirebon, menjadi bagian tak terpisahkan dari warisan sejarah dan kebudayaan Islam di Jawa Barat.

Dibangun pada sekitar tahun 1678 M oleh Pangeran Mohamad Badridin, yang bergelar Sultan Anom I, Keraton Kanoman telah menjadi penjaga tradisi dan kepercayaan lokal yang kental terhadap adat-istiadat dan syiar agama Islam yang disebarkan oleh Sunan Gunung Jati.

Warisan Arsitektur dan Budaya

Keraton Kanoman, dengan luas kompleks sekitar 6 hektar, terletak di belakang pasar Kanoman.

Kompleks ini menyimpan sejumlah bangunan kuno yang dipenuhi dengan peninggalan sejarah yang erat kaitannya dengan perkembangan agama Islam di wilayah ini. Salah satu bangunan terpenting adalah saung bernama Bangsal Witana, yang menjadi cikal bakal kompleks keraton yang luas hampir lima kali lapangan sepak bola.

Peninggalan bersejarah seperti dua kereta yang disebut Paksi Naga Liman dan Jempana, yang terawat dengan baik dan disimpan di museum, menjadi bukti nyata hubungan keraton dengan sejarah Islam yang kuat, terutama melalui syiar agama yang digiatkan oleh Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah.

Keraton Kanoman terdiri dari bangunan-bangunan yang berfungsi untuk berbagai keperluan.

Di antaranya, Bangsal Jinem sebagai Pendopo untuk menerima tamu dan acara penting seperti Maulid Nabi, serta Siti Hinggil sebagai kompleks bangunan pusat dalam keraton.

Dalam kompleks keraton, terdapat juga barang-barang porselen asli Tiongkok yang menghiasi dinding-dinding, bukti dari hubungan perdagangan yang kuat pada masa itu.

Selain itu, patung macan yang melambangkan Prabu Siliwangi di halaman keraton menambahkan nilai simbolis yang mendalam.

Tata Letak dan Fungsi Bangunan

Bangunan-bangunan di Keraton Kanoman memiliki fungsi masing-masing.

Mulai dari Pancaratna yang digunakan untuk pertemuan dan aktivitas pembesar desa, hingga Cungkup Alu dan Lesung yang digunakan untuk keperluan praktis sehari-hari. Lemah Duwur, atau tanah tinggi, menjadi tempat penting dengan bangunan Mande Manguntur yang menjadi tempat tinggal sultan.

Di area alun-alun Kanoman, terdapat beberapa bangunan penting seperti Bale Paseban, yang digunakan sebagai tempat tunggu untuk menghadap sultan, serta Lawang Seblawong sebagai gerbang penting yang hanya dibuka pada perayaan Maulid Nabi.

Keraton Kanoman bukan hanya sekadar kompleks bangunan bersejarah, tetapi juga pusat kegiatan budaya dan spiritual.

Adat-istiadat yang masih dipegang teguh dan dijaga, seperti Grebeg Syawal dan ziarah ke makam leluhur, adalah cerminan dari kehidupan tradisional dan nilai-nilai kepercayaan yang kuat di masyarakat Cirebon.

Sebagai salah satu situs bersejarah terpenting di Jawa Barat, Keraton Kanoman menawarkan penjelajahan yang mendalam tentang warisan dan kekayaan budaya Indonesia.

Dari keindahan arsitektur hingga tradisi-tradisi yang diwariskan, Keraton Kanoman tetap menjadi saksi bisu dari masa lalu gemilang yang patut dilestarikan dan dipelajari oleh generasi masa kini.