Bagaimana Awal Mula Raja Hayam Wuruk dari Majapahit Tertarik dengan Putri Sunda?
RomansaBandung.com – Hayam Wuruk, Raja Majapahit yang terkenal bijak dan penuh visi, mulai tertarik dengan seorang putri cantik dari kerajaan tetangganya, Sunda.
Keinginan ini, tak hanya soal cinta atau daya tarik fisik, namun memiliki nuansa politik yang kental.
Hayam Wuruk memahami betul bahwa dengan menikahi putri dari Kerajaan Sunda, ia bisa menciptakan persekutuan kuat antara dua kerajaan besar di Nusantara.
Putri yang mencuri perhatian Hayam Wuruk ini bernama Citra Rashmi, atau lebih dikenal sebagai Putri Pitaloka.
Sang putri adalah putri kesayangan Prabu Maharaja Lingga Buana, penguasa Kerajaan Sunda yang ternama.
Kerajaan Sunda, meskipun lebih kecil dari Majapahit, memiliki kekuatan dan pengaruh tersendiri di wilayah Jawa Barat.
Hubungan pernikahan ini, jika berhasil terwujud, bisa menciptakan ikatan yang kuat antara kedua kerajaan, sehingga menjanjikan stabilitas dan perdamaian yang diharapkan oleh Hayam Wuruk.
Untuk mewujudkan niatnya, Hayam Wuruk mengutus seorang patih bijak, Patih Madhu, ke Kerajaan Sunda. Tugasnya jelas—membawa pesan niat mulia dari Majapahit untuk menjodohkan Hayam Wuruk dengan Putri Pitaloka.
Patih Madhu, sebagai juru bicara kerajaan, membujuk dan mempersuasi pihak Sunda, membawa pesan penuh harapan bahwa Majapahit ingin menjalin ikatan keluarga dengan Sunda.
Dalam karya sastra “Pararaton,” dijelaskan bahwa Patih Madhu berangkat dengan membawa pesan bahwa Raja Majapahit menyampaikan lamaran untuk Putri Sunda.
Dan bagi Kerajaan Sunda, lamaran dari Majapahit adalah kebanggaan.
Menurut beberapa ahli, seperti Wim Van Zaten, antropolog asal Universitas Leiden, pandangan masyarakat Sunda saat itu terhadap Jawa sangat tinggi.
Dalam bukunya, The Poetry of Tembang Sunda, ia menguraikan bahwa masyarakat Sunda memandang budaya Jawa, terutama dalam aspek pendidikan dan agama, memiliki nilai yang tinggi.
Hal ini juga didukung oleh karya J Noorduyn, Bujangga Manik’s Journeys through Java, yang menggambarkan ketertarikan masyarakat Sunda untuk belajar ke Jawa dan mengambil sebagian elemen budayanya.
Sumber kuno Carita Parahyangan juga menyebutkan bahwa para bangsawan Sunda terkesan dengan budaya Jawa.
Dalam kisah ini, disebutkan bahwa para putri Sunda pada masa itu seringkali lebih memilih lelaki dari Jawa.
Pernyataan ini, meskipun tidak dapat dipastikan kebenarannya, memberi gambaran bahwa hubungan antara Jawa dan Sunda lebih dari sekadar hubungan kekuasaan, tapi juga hubungan saling mengagumi.
Melihat hal ini, Prabu Maharaja Lingga Buana, ayah dari Putri Pitaloka, menyambut dengan penuh harapan dan kebanggaan. Baginya, pernikahan ini bukan hanya soal keluarga, melainkan juga persatuan dua kerajaan.
Maka, dengan penuh kebanggaan, Raja Sunda membawa sang putri menuju Majapahit.
Mereka memulai perjalanan yang tidak hanya bermakna secara pribadi tetapi juga mencatat sejarah besar bagi kedua kerajaan.