Kerajaan Sunda: Kerajaan Pertama yang Berhubungan Diplomatik dengan Bangsa Eropa
RomansaBandung.com – Kerajaan Sunda, yang berpusat di wilayah yang kini dikenal sebagai Jawa Barat, merupakan salah satu kerajaan besar di Nusantara.
Pada awal abad ke-16, pelabuhan-pelabuhan penting di pantai utara Pulau Jawa sudah dikuasai oleh Kesultanan Demak dan Kesultanan Banten.
Khawatir akan serangan dari Kesultanan Demak terhadap pelabuhan utama Kerajaan Sunda, yaitu Sunda Kelapa, raja Sunda saat itu, Sri Baduga (Prabu Siliwangi), mencari sekutu yang kuat untuk menjamin kelangsungan pelabuhan strategis tersebut.
Pilihan jatuh pada bangsa Portugis, yang baru saja menguasai Malaka pada tahun 1511.
Awal Mula Hubungan Diplomatik
Pada tahun 1512 dan 1521, Raja Sri Baduga mengutus putra mahkota, Surawisesa, ke Malaka untuk meminta Portugal menandatangani perjanjian dagang, terutama mengenai perdagangan lada, serta memberikan hak membangun benteng di Sunda Kelapa.
Usaha diplomatik ini menunjukkan kepiawaian Kerajaan Sunda dalam menjalin hubungan internasional demi mempertahankan kedaulatan dan kepentingan ekonominya.
Pada tahun 1522, pihak Portugis siap membentuk koalisi dengan Sunda untuk memperoleh akses perdagangan lada yang menguntungkan.
Komandan benteng Malaka, Jorge de Albuquerque, mengirim kapal São Sebastião di bawah komando Kapten Enrique Leme ke Sunda Kelapa, disertai dengan barang-barang berharga untuk dipersembahkan kepada Raja Sunda.
Perjanjian tersebut ditandatangani pada 21 Agustus 1522, dihadiri oleh bangsawan-bangsawan Sunda dan para saksi dari pihak Portugis.
Dokumen perjanjian ini mencatat persetujuan raja Sunda untuk memberikan tanah di mulut Sungai Ciliwung kepada Portugis sebagai tempat berlabuh dan membangun benteng.
Sebagai balasan, Portugis berjanji untuk melindungi Sunda Kelapa dari ancaman eksternal, terutama dari Kesultanan Demak.
Sebuah prasasti batu atau padrão didirikan untuk menandai perjanjian ini.
Penemuan Padrao
Padrão Sunda Kelapa ditemukan kembali pada tahun 1918 di Batavia (sekarang Jakarta) ketika dilakukan penggalian untuk membangun fondasi gudang di sudut Prinsenstraat (sekarang Jalan Cengkih) dan Groenestraat (Jalan Kali Besar Timur I).
Prasasti ini kini disimpan di Museum Nasional Republik Indonesia, sementara sebuah replika dipamerkan di Museum Sejarah Jakarta.
Padrão Sunda Kelapa terbuat dari batu setinggi 165 cm, dengan gambar bola dunia (armillarium) dan lambang kerajaan Portugal di bagian atasnya.
Tulisan pada prasasti ini mencerminkan kekuatan dan pengaruh Portugal pada masa itu, serta komitmen mereka terhadap perjanjian dengan Kerajaan Sunda.
Meskipun perjanjian ini menunjukkan awal hubungan diplomatik antara Kerajaan Sunda dan bangsa Eropa, Portugis gagal memenuhi janjinya untuk kembali dan membangun benteng di Sunda Kelapa akibat masalah di Goa, India.
Akibatnya, pada tahun 1527, tentara Kesultanan Demak menyerang dan menguasai Sunda Kelapa, mengusir Portugis dan memutuskan hubungan diplomatik ini.
Tanggal 22 Juni 1527 kemudian dijadikan hari berdirinya Jakarta.